Artikel

Kenali, Cegah dan Tangani Diabetes Mellitus

Penulis : dr. Ita Indriani (Dokter Umum RS Budi Agung Juwana)

 

Diabetes Mellitus (DM) atau biasa dikenal dengan nama kencing manis adalah keadaan dimana tubuh memiliki kadar gula darah (glukosa) yang tinggi diakibatkan kurangnya kadar insulin atau  gangguan pada kerja insulin dalam tubuh dan dapat juga kombinasi keduanya. Insulin sendiri merupakan suatu hormone yang diproduksi pancreas yang berfungsi untuk mengatur penggunaan glukosa sehingga glukosa dapat diubah menjadi energy. Selain itu, hormone ini juga berperan untuk membantu mengontrol kadar gula darah dalam tubuh.

Selama pancreas memproduksi cukup insulin dan tubuh dapat menggunakannya dengan benar, maka kadar gula darah akan berada dalam kisaran normal. Karena pada hakikatnya, kadar glukosa yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berbahaya bagi kesehatan. Penumpukan glukosa dalam darah (hiperglikemi) dapat menyebabkan komplikasi, seperti kerusakan ginjal, saraf, serta masalah pada mata. Sedangkan terlalu rendah glukosa dalam darah (hipoglikemi) dapat membuat tubuh merasa lelah, mudah marah, bingung, hingga kehilangan kesadaran.

Jenis Diabetes Mellitus dibedakan menjadi dua jenis yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 terjadi karena system kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pancreas yang memproduksi insulin sehinga produksi insulin menjadi kurang. DM tipe 2 disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitive terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90% penderita DM di dunia merupakan DM tipe 2. Selain itu ada DM gestasional yaitu DM pada kehamilan yang disebabkan oleh perubahan hormone selama hamil, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.

Faktor resiko DM bisa dikelompokkan menjadi factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram, dan riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR < 2500 gram). Sedangkan factor resiko yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang sehat, yaitu berat badan lebih, obesitas abdominal / sentral. Kurangnya aktifitas fisik, hipertensi, dyslipidemia, diet tidak sehat / tidak seimbang, Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau gula darah puasa terganggu (GDP terganggu), dan merokok. Factor resiko yang dapat dimodifikasi ini dapat kita ubah sehingga kita dapat mencegah terjadinya DM dan komplikasinya.

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti dibawah ini:

  • Keluhan klasik DM berupa polyuria (sering buang air kecil); polidipsi (sering merasa haus); polifagia (sering merasa lapar); dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
  • Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta gatal pada alat kelamin pada wanita, luka yang sulit sembuh

Apabila ada gejala-gejala diatas dan memiliki factor resiko maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab dari keluhan tersebut dan apakah benar orang tersebut memang terbukti (terdiagnosis) DM.

Diagnosis DM sendiri harus memenuhi salah satu kriteria dibawah ini:

  1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200mg/dl. Glukosa plasma sewaktu adalah hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. ATAU
  2. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
  3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dl. TTGO dilakukan dengan standart WHO menggunakan beban glukosa yang setara 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
  4. Pemeriksaan HbA1c >6.5% oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM

Apabila anda terdiagnosis DM maka yang perlu anda lakukan adalah menjalakan 4 pilar penatalaksanaan DM, karena DM tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. 4 pilar penatalaksaan DM yaitu:

  1. Edukasi DM, Edukasi mengenai pola hidup sehat serta pentingnya pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemberdayaan penyangdang DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat.
  2. Terapi Nutrisi merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM dengan keterlibatan dari dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya. Prinsip pengaturan makan pada DM yaitu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada pasien DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan.
  3. Latihan jasmani untuk memperbaiki sensitivitas insulin, menurunkan berat badan dan menjaga kebugaran sehingga akan memperbaiki kendali gula darah. Olahraga yang dianjurkan yang bersifat aerobic seperti jalan kaki, berenang, jogging dan bersepeda. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (kondisi fisik kesehatan).
  4. Intervensi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani serta gaya hidup sehat. Terapi farmakologis ini dapat berupa obat minum dan bentuk suntikan.

 

Referensi:

Infodatin Kemenkes RI. Situasi dan Analisis Diabetes. www.depkes.go.id
Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2015.